Rabu, 03 Desember 2008

Jangan Biarkan Urusan Utang-Piutang Menghancurkan Persahabatan

Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans Pink Pearls

Seorang pengikut Syaikh memberitahu bahwa salahseorang murid telah meminjam uang dalam jumlah besartetapi sampai sekarang belum juga dikembalikan, bukankarena dia tidak mampu, melainkan karena keserakahandan ketidakjujurannya.Syaikh Nazhim mengomentari,Suatu ketika GrandsyaikhSyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berkata kepadasaya, “Wahai Nazhim Efendi , berulang kali telahkukatakan kepada orang-orang agar mereka tidakmeminjamkan uang (tentu saja Grandsyaikh tidak merujukpada utang-piutang dengan bunga tertentu, karena itusudah pasti dilarang keras dalam Islam; tetapi beliaumerujuk pada utang-piutang tanpa bunga yang dilakukanoleh seseorang kepada orang lain sebagai bentukpertolongan atas kesulitan yang dialami atau sebagaimodal usaha.

Pinjaman semacam itu digolongkan sebagai “pinjamanyang bermanfaat” dalam Hukum Islam). Aku berkatakepada mereka, “Wahai kalian, Allah memerintahkankita untuk memberi pinjaman yang bermanfaat. Allah senang kepada kita bila kita memberikan bantuan untukmenolong orang yang sedang membutuhkan dan oleh sebabitu Dia telah memerintahkan kita dan menjadikanpinjaman itu sebagai jalan untuk mendekatkan diri keHadirat-Nya. Tetapi Aku sebagai Syaikh kalian,berharap bisa mencegah kalian dari pinjam-meminjamuang!” “Mungkin ini terdengar aneh bagimu, wahai NazhimEfendi, seperti halnya bagi mereka, di mana, pada saatAllah memerintahkan kita untuk memberi pinjaman, Akumalah melarang para pengikutku untuk melakukannya.

Ya, memang seolah-olah terlihat bahwa Allahmemerintahkan tetapi Aku melarangnya. Tetapi mungkinini tidak lagi terlihat aneh bagimu bila Akumenyebutkan dan membahas kondisi yang harus dipenuhisebelum seseorang menganggap pinjaman itu sebagai‘pinjaman yang bermanfaat’, jenis pinjaman yang dapatmendekatkan diri kepada Tuhannya. Engkau akan melihatbahwa untuk ini dibutuhkan lebih banyak hal daripadahanya memberi pinjaman tanpa bunga.”

“Jika seseorang mendatangimu untuk meminjam sejumlahuang, katakanlah 1000 poundsterling, kalian harusmemikirkannya dan berdiskusi dengan dirimu sendiri,katakanlah pada dirimu, ‘Orang itu datang dan inginmeminjam sejumlah uang. Apakah engkau siap untukmemberinya? Juga apakah engkau siap untuk kehilanganuang itu tanpa menyebabkan perubahan dalam hatimuterhadapnya? Apakah engkau siap untuk tetapbersahabat dengannya walaupun karena kasus itu engkautidak akan mendapatkan uangmu kembali, baik karena diatidak mampu membayarnya karena keadaan ekonominya ataukarena dia tidak mau membayarnya, walaupun dia mampumelakukannya? Bahkan jika dia mempermainkan engkau,akankah engkau tetap menjadi sahabatnya seperti halnyasekarang?”

“Jika engkau secara jujur bisa mengatakan, ‘Ya, diaadalah saudaraku, dan 1000 poundsterling ini tidakakan menjadikan kami saling bermusuhan. Tidak peduliapa pun yang terjadi pada uang itu, perasaankuterhadapnya tidak akan pernah berubah, baikterang-terangan maupun dalam hatiku.’ Kalau demikian,berikanlah pinjaman kepadanya. Tetapi bila jawabanmu,‘Tidak, jika dia tidak dapat mengembalikan uang itu,Aku akan membawanya ke pengadilan’ atau ‘Bila diamemang tidak dapat mengembalikan uang itu, Aku akanbersabar, tetapi jika dia menipuku, Aku akanmengajukannya ke pengadilan.’ Bila demikian, makajangan beri dia pinjaman.”Grandsyaikh menekankan bahwa persahabatan danpersaudaraan lebih berharga daripada dunia dan segalaisinya.

Kita tidak boleh menghancurkan persahabatan dengan perselisihan karena hal-hal duniawi, itu adalahdosa. Kita harus melihat diri kita dengan sangatcermat, karena ini adalah urusan kubur. Sekarangkalian bersahabat, tetapi bila kalian memberinyapinjaman dan dia tidak membayarmu kembali, kalian bisasaling bermusuhan. Ingatlah, persahabatanmu lebihberharga daripada 1000 poundsterling itu.Persahabatanmu lebih berharga daripada seluruhkekayaan di dunia ini.

Dikembalikan atau tidak,hatimu tidak boleh terguncang, “Tidak masalah apakahdia akan mengembalikan atau tidak, apapun alasannya. Jika dia ingin membodohi aku dan mengambil uangku, itujuga tidak masalah, lagi pula aku memang orang yangbodoh.”Ya, bahkan bila orang itu sudah mencapai tarafkerendahan hati semacam itu, bukan suatu kontradiksijika dia mengaku sebagai orang bodoh; karena siapa punyang berkata, “Aku tidak bodoh,” suatu saat akandibodohi oleh seseorang. Kebodohannya akan menjadikenyataan.

Jadi jangan mengaku bahwa kalian pintar,kuat, atau tak terkalahkan, karena itu akan mengundangpenghinaan, dan seseorang akan datang untuk menggosokwajahmu dengan lumpur. Allah tidak pernah suka dengan orang yang berpikirbahwa dia adalah ‘sesuatu’. Setiap hari kitamelakukan hal-hal yang bodoh tanpa pernahmemperhatikannya. Kalian begitu bodoh, dan jikakalian tidak mengetahuinya, seseorang akan datanguntuk menunjukkannya padamu. Itu penting.Saya sering mendengar Grandsyaikh mengutip sabdaRasulullah saw, “Orang yang berkata, ‘Aku pintar,’suatu hari pasti akan menjadi bodoh; siapa yangmengaku, ‘Aku kaya,’ suatu hari akan menjadi sangatmiskin sehingga dia akan membutuhkan sumbangan dariorang-orang; barangsiapa yang berkata, ‘Aku tahu,’suatu hari akan menjadi tidak tahu apa-apa, bahkan diatidak tahu bagaimana menyuapi dirinya sendiri—sepertiseorang anak yang baru saja disapih.”

Wa min Allah at taufiq

Tidak ada komentar:

Kumpul Blogger