
IMPORTANT MESSAGE OF MAWLANA SYAIKH NAZIM ADIL FROM LEFKESt Ann’s Road London 29th October 2005, saat Mawlana Shaykh Hisham Kabbani memberikan suhbat dan pesan penting dari Mawlana Shaykh Nazim ‘Adil al-Haqqani q.s.
Catatan dari Syaikh Khuram -London
A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim.
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aali sayyidina Muhammad.
Koneksi (hubungan) kita dengan Mawlana Syaikh Nazim ‘Adil al-Haqqani adalah keselamatan diri kita. Iblis memilih jalannya sendiri, demikian pula sayyidina Adam ‘alayhissalam memilih jalannya sendiri pula. Karena itu, ada dua entitas: Kebajikan dan Kejahatan, Good and Evil. Kemudian Mawlana Shaykh Hisham Kabbani bertanya kepada salah seorang yang hadir yang terpelajar (most likely to be Dr. M): “Can Heaven receive/accept sinful person?”“Dapatkah Surga menerima seseorang yang berdosa?” Yang ditanya menjawab, “Tidak! Tentu saja tidak!”Mawlana Shaykh Hisham melanjutkan, lalu kenapa Allah SWT membiarkan Iblis di dalam Surga, setelah ia melanggar perintah Allah, setelah ia dikutuk dan dila’nat oleh Allah?Allah Ta’ala membiarkannya di situ sebagai suatu tes, sebagai ujian.
Demikian pula, mereka, orang-orang yang berdosa dan bersalah dibiarkan oleh para masyayikh di masa fitnah cobaan, kebingungan, sebagai ujian dan tes, apakah kalian akan mengikuti kebenaran (haqq) atau mengikuti bathil dalam bentuk menggunjing dan dosa-dosa serupa lainnya.Mawlana Syaikh Hisham menceritakan tentang beberapa sahabat di masa Nabi (s) yang mengeluhkan sakit perut. Ketika Nabi (s) berkata pada mereka, “Kalian telah memakan daging. Muntahkan daging itu!” Mereka menjawab, “Kami miskin, ya Rasulallah, darimana kami memperoleh uang untuk membeli dan mengkonsumsi daging?” “Kalian menggunjing saudara kalian seiman. Dan menggunjing bagaikan memakan daging saudara kalian tadi!” timpal Nabi (s).Iblis adalah bagaikan apel yang telah membusuk di Surga. Ia mengklaim memiliki akses langsung ke Hadirat Allah Ta’ala.
Fitnah adalah dormant (tidur atau tersembunyi). Siapa yang membangunkannya, beroleh laknat dan kutukan Allah. Jika seseorang menceritakan suatu cerita yang membingungkan dan memecah belah, bahkan jika itu hanya berumur dua jam, ia pun beroleh laknat. Wal ‘iyadzu billah.Kita harus melarikan diri dari keragu-raguan. Setiap keraguan adalah dosa. Suatu saat di zaman Nabi (s) pernah terjadi insiden berikut, ketika sayyidah A’isyah r.a. diisukan berbuat serong dengan salah seorang sahabat, dan sekelompok munafiqin meniup-niup isu tersebut ke seluruh Madinah. Nabi (s) tak pernah meminta apa pun kepada Allah untuk suatu bukti akan kesucian ‘Aisyah, sekalipun beliau (s) sebenarnya mampu untuk meminta bukti pada Allah, dan Allah Ta’ala pasti akan mengabulkan permohonan beliau (s). Namun, beliau (s) hanya menunggu dan menunggu. Sampai dalam waktu 40 hari, Allah menurunkan wahyu-Nya dan menjelaskan kesucian dan ketakbersalahan sayyidah ‘Aisyah r.a. Dan kini kita melihat orang-orang berantrian di Cyprus untuk bertanya pada Mawlana Syaikh Nazim! Jangan bertanya!! Imanilah dan Percayalah saja, tanpa meminta bukti/dalil/tanda apa pun.
Beriman dan Percaya tanpa meminta bukti… itulah yang terbaik buat Keyakinanmu. Jika kalian meminta bukti atau tanda, maka apa lagi makna imanmu?! Jika sebuah apel yang tengah membusuk datang membawa berita, periksalah berita itu! Jangan hanya sekedar mempercayainya. Kini manusia berlarian mengejar dunia, menggunjing dan lain-lain.Mencintai seorang Syaikh adalah mudah, tapi untuk mencintai murid-murid lainnya seakan-akan mereka adalah Syaikh sendiri, itulah yang sulit. Kemudian Mawlana Syaikh Hisham bercerita tentang Bani Israil (Yahudi) di masa Nabi Samuel ‘alayhissalam, di mana saat itu seorang tiran (Jalut) tengah berkuasa. Mereka, Bani Israil saat itu meminta sang Nabi Samuel untuk mendoakan kedatangan seorang raja yang akan memimpin mereka terbebas dari sang tiran. Nabi Samuel meminta mereka untuk mendengar dan menta’ati sang pemimpin tesebut saat ia datang. Maka, kemudian Thalut ditunjuk Allah sebagai seorang raja, padahal ia berasal dari kalangan biasa (bukan pembesar, red.).
Orang-orang pun saat itu meragukannya (doubt – keraguan) karena ia berasal dari kalangan biasa. Dan mereka pun meminta tanda akan raja ini. [Catatan redaksi: kisah ini bisa dibaca di Quran Surat Al Baqarah]Mawlana Syaikh Nazim pernah berkata, “Semua pengikutku adalah Syaikh, dan hanya aku yang Murid”. Mawlana Syaikh Nazim pernah berkata akhir-akhir ini, “Dua pertiga (2/3) dari murid-muridku akan meninggalkanku. Sementara sepertiga (1/3) akan tetap mengikutiku. Dan dari sepertiga itu, hanya 50 orang yang berada di jalan yang benar” Dalam Tariqah, tak ada pertanyaan! Allah-lah yang kemudian akan mengirimkan support dukungan dan jawaban-Nya![kembali ke cerita Nabi Samuel, Thalut dan Dawud]Kemudian sang raja Talut dan pasukannya melintasi suatu sungai, di mana Ia telah memberikan perintahnya agar pasukannya hanya meminum tak lebih dari seteguk air dari sungai tersebut. Namun, kebanyakan pasukannya meminum lebih dari seteguk, hanya sedikit di antara mereka yang mematuhi perintah rajanya.
Sang raja Thalut pun bersabda, “Kalian yang minum lebih dari seteguk, pergilah! Aku tak ada urusan dengan kalian!”Sementara sejumlah sedikit pasukan yang menyertai sang raja Thalut diwarnai ketakutan karena jumlah mereka yang sedikit. Namun, akhirnya seseorang di antara mereka, yaitu Dawud ‘alayhissalam dapat membunuh sang tiran Jalut hanya dengan katapel kecilnya. Ia dapat membunuh sang tiran raksasa dengan senjata kecil karena ia memiliki dukungan Kekuatan Ilahi. Demikian pula Awliya’, mereka memiliki dukungan Ilahiah.Mawlana Syaikh Nazim kita memiliki kekuatan yang dengan sekejap mata, atau bahkan lebih cepat dari itu, dapat mengubah batu menjadi intan. Beliau dapat mengubah seorang pengikut biasa menjadi seorang Syaikh dalam sekejap mata atau malah lebih singkat dari itu.Dzikir Selepas kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaah”Suhbat Tentang Manifestasi/Tajalli Awliya’Syaikh kalian mengetahui roadmap perjalanan spiritual kalian. Jika kalian pergi naik Haji, tanpa izin Syaikh, kalian mungkin masih memperoleh tsawab [pahala].
Tapi, jika kalian meminta izin sang Syaikh, Syaikh kalian mungkin akan menjawab “Ya” atau “Tidak” atau mengatakan “Sebaiknya kau pergi di tahun X atau tahun Y”, dan Perlindungan Ilahiah akan menyertai kalian, dan Syaikh kalian akan senantiasa melihat dan mengawasi kalian selama berhaji.Mawlana Syaikh Hisham Kabbani kemudian bercerita tentang Imam Ghazali dan sang Lalat.Imam Ghazali, pada mulanya adalah rektor dari perguruan tinggi Nizamiyah di Baghdad. Beliau menguasai syari’ah pada level-nya yang tertinggi. Namun beliau selalu penuh dengan keraguan, dengan syak. Dan beliau selalu berusaha mencapai pencerahan dan keyakinan melalui amalan-amalan yang beliau ketahui melalui pengetahuan syari’ahnya. Sampai suatu ketika, di malam Mawlid Nabi (s), beliau mesti menulis suatu surat yang harus disampaikan pada sang kurir secepatnya. Saat itu, belum ada ballpoint dan beragam alat tulis yang canggih seperti sekarang.
Beliau menulis dari secangkir tinta. Ketika beliau mesti menulis surat itu dengan cepat, tiba-tiba seekor lalat hinggap di cangkir tinta itu untuk menghisap dan meminum airnya. Beliau pun terhenyak dan merenung, bahwa baik lalat itu, maupun diri beliau diciptakan untuk kemuliaan Rasulullah Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam. Maka, beliau pun memutuskan untuk menghentikan sejenak penulisan suratnya dan memberikan kesempatan bagi sang lalat memuaskan dahaganya, semua demi kehormatan Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam yang tengah diperingati hari kelahirannya saat itu. Saat itu pula, Allah SWT membukakan bagi Imam Ghazali apa yang telah ditunggu-tunggunya. Beliau pun mi’raj dan memperoleh pembukaan Ilahiah, dan memperoleh penjelasan dan kepahaman atas segala sesuatunya. Dan setelah itulah, kita tahu, bahwa beliau menulis berjilid-jilid buku tentang Tasawwuf.Sayyidah Rabi’ah al-Adawiyyah q.s. suatu saat pergi berhaji, tapi beliau mendapat haid begitu sampai di ‘Arafah (untuk memulai ‘Arafah). Beliau demikian bersedih hati atas hal ini, karena beliau ingin sekali untuk berhaji di tahun itu.
Allah SWT menghibur beliau dengan seorang Malaikat yang berkata padanya, “Untuk kehormatan Rabi’ah, seluruh Haji di tahun itu diterima oleh Allah Ta’ala”.Itulah manifestasi / tajalli Awliya’.Dan di malam ini (Sabtu, 29 October 2005), manifestasi dari sang raja (Mawlana Shaykh Nazim) datang di majelis ini untuk mengambil siapa pun yang hadir ke hadirat Rasulullah (s). Awliya’ mengetahui apakah sang murid hanya menginginkan dunya. Sang Wali pun akan memberi sang murid dengan dunya. Namun, kalian mesti memohon kedekatan kepada Allah SWT, dan bukan dunya. Ada salah seorang murid di masa Grandsyaikh Sharafuddin Daghestani q.s. yang hanya menginginkan dunia. Grandsyaikh Sharafuddin pun memberikan padanya sebuah jubah mewah. Dan orang ini begitu gembira dengan jubah ini, ia langsung pergi tanpa mendengar suhbat, tanpa berdzikir, tanpa apa pun yang berbau spiritual. [tambahan dari Syaikh Sharif: bahkan sang murid pecinta dunia itu kemudian menjual jubah tersebut].Mawlana Syaikh Hisham menceritakan tentang kisah seorang Wali yang bertemu dengan Sayyidina Khidr ‘alayhissalam.
Sayyidina Khidr ‘alayhissalam dapat memindahkan sebuah gunung hanya dengan menunjuknya, dan membuka segala macam harta karun yang tersimpan di dalamnya. Harta tersebut ia berikan kepada sang Wali dengan amanah agar harta tersebut dibagi-bagikan kepada siapa pun manusia yang tengah bertawaf mengelilingi Ka’bah saat itu. Ketika sang Wali melihat ke kerumunan manusia yang tengah bertawaf dengan mengenakan turban sayyidina Khidr yang dipinjamkan kepadanya, ia tidak melihat seorang manusia pun, melainkan hanya sekelompok binatang dari berbagai jenis (yang merepresentasi ego manusia yang tengah ia lihat) bertawaf. Hanya seorang manusia yang ia lihat sebagai manusia, yang kemudian ia ketahui sebagai Quthb di zaman itu. Sang Wali berkata pada sang Quthb, “Aku serahkan seluruh harta ini padamu!” Sang Quthb menjawab, “Untuk apa aku menerimanya? Aku sudah memiliki Allah, dan Rasul-Nya. Itu cukup bagiku!”. Akhirnya Sang Wali pun kebingungan karena tak menemukan seseorang pun yang pantas (atau mau) untuk menerima harta tadi.Serupa dengan itu, begitu banyak murid yang hanya menginginkan dunya. Dan hanya sedikit yang tulus dan ikhlas menginginkan Allah dan Rasul-Nya.
Dan Mawlana Syaikh Nazim memikul beban murid-murid yang hanya ingin hal-hal material ini.Penjelasan dari Shaykh Muhammad Sharif:Sekalipun Shaykh kalian mampu mengubah kalian menjadi seorang Shaykh hanya dalam sekejap mata, namun kalian perlu untuk mendengar pada Shaykh. Dengarkan dan Taatilah Shaykh kalian tanpa bertanya. Dari kisah Imam Ghazali, bagaimana beliau diterima di Hadirat Ilahi dengan perantaraan seekor lalat. Bahkan pada hal yang terkecil pun tidak boleh kita remehkan. Orang yang pandai cenderung penuh dengan keraguan, dan di ambang kekufuran, seperti kasus Imam Ghazali sebelum memperoleh pencerahan. Namun, beliau selalu berusaha istiqomah dengan segenap kewajiban agama yang beliau ketahui. Dan Allah melihat akan ketekunan ini hingga Ia SWT mengaruniakan seekor lalat sebagai sabab untuk hidayah bagi Imam Ghazali. Kalian pun mesti berinvestasi pada usaha dan waktu untuk mendekat pada Allah.Dua hal yang harus dilakukan secara paralel:
1. Ibadah rutin
2. Jangan pernah melawan perintah Syaikh.
Kalau kalian melawan, kalian tak akan majuPerhatian Ilahiah turun pada Imam Ghazali melalui kewajiban2 agama yang beliau lakukan.Shaykh Sharif mencontohkan kasus beliau, ketika beliau selalu berusaha berniat ikhlas untuk duduk di samping Mawlana Syaikh Nazim. Sekalipun secara logis, itu amat sulit, tapi mereka selalu membukakan bagi Shaykh Sharif untuk bisa duduk di samping Mawlana Syaikh Nazim, karena keikhlasan niat beliau untuk belajar dari Mawlana Syaikh Nazim.Ada pertanyaan dari seorang jamaah tentang ketakutannya mendengar 2/3 pengikut Mawlana akan kabur.
Shaykh Sharif menjawab, kita menset niatan kita pada level terendah, untuk berada pada 1/3 pengikut yang setia, dan kemudian berada pada mereka yang 50 yang berada pada jalur Haqq. Tip untuk berada pada kelompok ini adalah: “No question in Tariqah” “Tak ada pertanyaan dalam Tariqah”. Bertanya akan mengurangi keyakinanmu.Kalian ikuti dan kalian ta’ati, dan kalian akan beroleh pahala penuh dari itu (sekalipun syaikh yang kalian ikuti mungkin salah). Latihan dalam tariqat ini bermula dari Tidak bertanya. Dalam tariqah, tak peduli betapa berat suatu masalah, jangan bertanya! Kisah Adam dan Hawa’ mengajarkan pada kita, bagaimana Syaitan menaruh pertanyaan dan keraguan di hati mereka. Seluruh kisah sufi semua mengajarkan bagaimana mendengar dan menaati. Kualifikasi dari Grandsyaikh kita begitu tinggi hingga beliau dapat mengubah batu menjadi intan dalam sekejap mata. Beliau menjadi grandsyaikh hanya dalam satu kali salat fajr. Sementara Syaikh Ahmad Sirhindi memerlukan 6 bulan untuk menjadi seorang Grandsyaikh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar