
Ilustrasi Langkah demi Langkah Mengenai Meditasi Sufioleh: as-Sayyid Nurjan MirahmadiAlih bahasa: Syekh Soetono
Langkah 6
Mengenakan 'busana' Syaikh:
3 tahap perjuangan yang berkesinambungan:- Memelihara Cintanya (Muhabbat),- Memelihara Kehadirannya (Hudur),- Melaksanakan Kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).
Mengenakan 'busana' Syaikh:
3 tahap perjuangan yang berkesinambungan:- Memelihara Cintanya (Muhabbat),- Memelihara Kehadirannya (Hudur),- Melaksanakan Kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).
Kita memiliki cinta kepadanya, jadi kini kenakanlah Cahayanya dan selanjutnya bayangkan segala sesuatunya dari titik (sudut) ini, dengan busana yang kita kenakan itu. Ini adalah penopang hidup kita.
Kamu tidak boleh makan, minum, shalat, dzikir atau melakukan apapun tanpa membayangkan bayangan Syaikh pada kita. Cinta ini akan menyatu dengan Hadirat Ilahi, dan ini akan membuka pintu Penihilan ke dalam-Nya.
Semakin seseorang menjaga ingatan untuk mengenakan busana dengan dia (Syaikh) semakin meningkatlah proses penihilan itu berlangsung. Kemudian penuntun itu akan meninggalkan dirimu di hadirat Rasul Allah Sayyidina Muhammad. Di mana sekali lagi kamu akan menjaga cinta kepada Rasul (Muhabbat), menjaga Hadiratnya (Hudur). Laksanakan kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).
Fana fi Syaikh, Rasulullah, Allah
Penihilan Fana
Dalam keadaan spirit murid menyatu dengan spirit Syaikhnya, kemampuan Syaikh akan diaktifkan dalam diri muridnya, karena itu Syaikh menikmati kedekatan Nabi. Dalam situasi ini, dalam istilah sufisme disebut 'Penyatuan dengan Rasul' (Fana fi Rasul).
Ini adalah pernyataan Nabi, "Aku seorang manusia seperti kamu, namun aku menerima wahyu'. Jika pernyataan ini dicermati, kita melihat bahwa kemuliaan Nabi terakhir ini adalah bahwa beliau menerima wahyu dari Allah, yang mencerminkan Ilmu-ladduni, ilmu yang diilhamkan langsung oleh Allah, Pandangan yang Indah dari Allah dan Cahaya Gemilang ke dalam hati Nabi.
Dalam keadaan 'Penyatuan dengan Nabi' seorang murid karena emosinya, kerinduannya dan cintanya secara sedikit demi sedikit, langkah demi langkah, berasimilasi dan mengenali ilmu Nabi Suci.
Kemudian datanglah saat paling berharga, saat yang ditunggu-tunggu, ketika ilmu dan pelajaran ditransfer dari Nabi Suci kepadanya sesuai dengan kapasitasnya.
Murid itu menyerap karakter Nabi Suci sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya dan karena kedekatannya dengan Nabi Suci dan dukungannya dia dapat mencapai keadaan ketika dia mengenali Rabbil 'Alamin, ketika Dia menguraikan dalam al-Qur'an, "Ya, sesungguhnya Engkau adalah Rabbi!"
Kedekatan ini, dalam sufisme disebut 'Penyatuan dengan Allah' (Fana fi-llah) atau singkatnya wahdat. Setelah itu, jika seseorang dikaruniai dengan kemampuan, dia akan membuat eksplorasi di daerah yang tentangnya cerita (narasi) tidak lagi memiliki kata-kata untuk menjelaskannya, karena kepekaan dan kehalusan situasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar