Rabu, 03 Desember 2008

Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam


Maulana Syaikh Hisyam Kabbani Qaddasallahu siirahu

"Naqshbandi Sufi Way:History of the Golden Chain"

Kemudian Abu Bakr radhiy-Allahu 'anhu menjadi seorang mu'min dan beliau diikuti oleh 'Ali karram-Allahu wajhahu. Di depan umum, Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam memberikan petunjuk dan bimbingan yang diperlukan untuk hidup sehari-hari, dan secara pribadi beliau memberikan nasihat khusus yang diperlukan untuk mencapai maqam Ihsan (kesempurnaan sifat luhur). Itulah sebabnya mengapa Abu Hurairah radhiy-Allahu 'anhu berkata dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam telah menuangkan dalam hatiku dua macam pengetahuan: yang pertama telah kusebarkan pada orang-orang, dan yang lainnya, seandainya aku memberitahukannya, tentu mereka akan menebas tenggorokanku."

Pengetahuan yang dimaksud oleh Abu Hurairah adalah pengetahuan rahasia, dan tersembunyi yang Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam berikan pada sahabat-sahabat beliau. Beliau tidak mengizinkan mereka menyebarkan pengetahuan itu karena ia adalah pengetahuan rahasia dari hati. Dari rahasia-rahasia inilah, seluruh Syaikh dari Sanad Emas Naqshbandi dan seluruh Syaikh Tariqah-tariqah lainnya menerima pengetahuan mereka. Pengetahuan ini ditransmisikan hanya dari hati ke hati, baik melalui Abu Bakr as-Shiddiq radhiy-Allahu 'anhu atau melalui 'Ali karram-Allahu wajhahu.Orang-orang kafir meminta akan suatu mu'jizat atau tanda di langit. Nabi suci pun membelah bulan purnama menjadi dua di depan mata mereka. Beberapa dari mereka beriman, dan beberapa yang lain tidak.

Setelah peristiwa ini, siksaan demi siksaan atas kaum mu'min terus berlanjut dan beberapa Muslim meminta izin untuk berhijrah. Mereka berhijrah ke Ethiopia, di mana Raja-nya memberikan perlindungan nya pada mereka, dan melalui pengaruh mereka, menjadi seorang yang beriman pada Nabi sallAllahu alaihi wasallam. Mereka tinggal di sana selama lima tahun sampai beberapa di antara mereka kembali ke Makkah. Paman Nabi dan kemudian istri beliau Khadija al-Kubra meninggal dunia. Merekalah yang selalu menjadi pendukung utamanya selama ini. Tahun wafatnya mereka ini disebut sebagai tahun kesedihan. Satu setengah tahun kemudian, beliau diundang ke Hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dari Makkah ke Jerusalem (Quds), beliau melakukan perjalanannya ditemani Pemimpin Malaikat Jibril Alaihissalam. Dari Jerusalem beliau naik ke langit dengan Buraq, suatu kendaraan surgawi yang membawa beliau ke atas. Semua Nabi pada tingkatan-tingkatan langit yang berbeda menyambut beliau. Beliau naik lebih tinggi dan lebih tinggi, sampai beliau mendengar guratan Pena (Qalam), menuliskan Taqdir Allah. Beliau mendekati Hadirat Ilahi, lebih dekat dan lebih dekat, sampai Jibril AS berkata pada beliau, "Ya Rasul Allah, aku tak dapat melanjutkan lebih jauh, atau aku akan terbakar." Nabi bersabda, "Wahai Jibril, temani aku!" Jibril menjawab, "Aku tak dapat melakukannya, atau aku akan terbakar dalam Cahaya Allah." Akhirnya Muhammad SAW, yang paling sempurna di antara yang sempurna, melanjutkan perjalanannya sendiri.

Didorong oleh Cintanya akan Hadirat Ilahiah Allah, beliau mendekat lebih dekat dan lebih dekat, hingga mencapai Maqam Peleburan Penuh (Fana') dalam lima tahapan berbeda.Dari satu tahap ke tahap yang berikutnya Nabi bergerak ke dalam Rahasia-rahasia Ilahiah Allah. Di antara tiap tahapan terentang jarak sejauh lima ratus ribu tahun. Beliau melalui Samudera-samudera Ilahiah dari Ilmu dan Pengetahuan yang luas ini, yang telah diciptakan Allah SWT, sampai beliau benar-benar "larut" dalam Eksistensi Allah, tidak melihat apa pun kecuali Ia. Kemudian Allah memanggil beliau untuk kembali ke eksistensi beliau setelah beliau mencapai Maqam Fana'. Beliau kembali, dan Allah berfirman padanya, "Ya Muhammad, mendekatlah lebih dekat." Dari sini dapat dipahami bahwa Nabi SAW, setelah mencapai maqam Fana', dipanggil oleh Allah SWT dengan namanya, menunjukkan bahwa beliau muncul kembali dengan Tajalli Allah. Beliau telah mencapai suatu "jarak" yang demikian dekat dengan Cahaya Ilahi, hingga mencapai "Dua ujung busur panah atau lebih dekat" [53:9].

Allah bertanya padanya, "Siapa kau, Ya Muhammad?" Saat itu, Nabi SAW tidak sadar akan dirinya, dan beliau menjawab: "Engkau, Ya Tuhanku." Inilah kesempurnaan maqam Tawhid, tidak mensekutukan Allah dengan apa pun. Maqam ini adalah tanda kesempurnaan Tawhid (Kesatuan), ketika tak ada yang wujud melainkan Keagungan-Nya, Dzat-Nya, Diri-Nya.Syaikh Nazhim al-Haqqani meriwayatkan, dari pengetahuan tersembunyi dari para Wali Sufi, beberapakejadian yang terjadi saat perjalanan menakjubkan yang dialami Nabi SAW tersebut. Inilah Pengetahuan dari Nabi yang dimaksud oleh Abu Hurairah dalam haditsnya, suatu Pengetahuan yang disampaikan dari kalbu Abu Bakr as-Shiddiq RA.

Nabi SAW bersabda, Apa pun yang telah Allah tuangkan dalam hatiku, aku tuangkan pula ke dalam hati as-Siddiq." Pengetahuan inilah yang kemudian diteruskan kepada para wali Sufi Naqshbandi dan menjadi warisan spiritual mereka. Syaikh Nazhim al-Haqqani berkata, "Allah SWT berkata pada Nabi SAW pada malam Mi'raj, "Ya Muhammad, telah Ku-ciptakan seluruh makhluq demi dirimu, dan Aku berikan semua itu padamu." Pada saat itu, Allah SWT mengaruniakan pada Nabi SAW kekuatan untuk melihat semua yang telah Ia ciptakan, dengan semua cahaya dan nur mereka, dan semua kenikmatan yang telah Allah karuniakan pada makhluq-Nya dengan menghiasi mereka dengan Atribut-Atribut-Nya dan dengan Cinta dan Keindahan Ilahiah-Nya.Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasalllam terkesima dan terpesona karena Allah SWT telah memberi beliau suatu hadiah berupa makhluq-makhluq seperti itu. Allah berfirman kepada beliau, 'Ya Muhammad, apakah kau bahagia dengan ciptaan-ciptaan-Ku ini?' Beliau menjawab, 'Ya, wahai Tuhanku,' Ia berfirman, Kuberikan mereka kepadamu sebagai amanah untuk kau jaga, agar kau bertanggung jawab atasnya, dan untuk mengembalikan mereka pada-Ku dalam keadaan sepertisaat mereka Kuberikan padamu.'

Muhammad sallAllahu alaihi wasallam memandang pada mereka dengan penuh kegembiraan karena mereka begitu berkemilau dengan cahaya-cahaya yang indah, dan beliau berkata, 'Wahai Tuhanku, aku terima.' Allah berfirman, 'Apakah kau terima?' Beliau menjawab, 'Kuterima, kuterima.' Dan beritu beliau selesai menjawab untuk ketiga kalinya, Allah mengaruniakan beliau suatu kasyf (visi) akan dosa-dosa dan berbagai bentuk kesengsaraan, kegelapan, dan kejahilan di mana mereka akan terjatuh ke dalamnya. "Saat Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam melihat hal ini, beliau kaget dan cemas, berpikir bagaimana beliau akan dapat mengembalikan mereka kepada Tuhannya dalam keadaan suci seperti keadaan awalnya.

Beliau berkata, 'Wahai Tuhanku, apa ini?' Allah menjawab, 'Wahai kekasih-Ku, inilah tanggung jawabmu. Engkau harus mengembalikan mereka pada-Ku dalam keadaan suci seperti ketika Aku berikan mereka padamu.' Kemudian Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam berkata, 'Wahai Tuhanku, berikan padaku penolong-penolong untuk membantuku membersihkan mereka, untuk mensucikan ruh mereka, dan untuk membawa mereka dari kegelapan dan kejahilan menuju maqam pengetahuan, kesalihan, kedamaian, dan cinta."Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian mengaruniakan pada beliau suatu pemandangan (kasyf) di mana Ia memberitahukan pada beliau bahwa di antara seluruh ciptaan itu, Ia telah memilih bagi beliau 7.007 Wali Naqsybandi. Ia berfirman pada beliau, 'Wahai kekasih-Ku, Ya Muhammad, wali-wali ini adalah termasuk Wali-wali istimewa yang telah Ku-ciptakan untuk menolong mu menjaga ciptaan ini tetap suci. Di antara mereka, terdapat 313 yang memiliki tingkatan tertinggi, maqam paling sempurna di Hadirat Ilahiah. Mereka adalah pewaris rahasia dari 313 Rasul-rasul. Kemudian Ku-berikan padamu empat puluh, yang membawa kekuatan yang paling istimewa, dan mereka adalah Tonggak-tonggak dari seluruh wali.

Mereka akan menjadi Guru dan Syaikh besar di masa-masa mereka, dan mereka akan menjadi para pewaris dari Rahasia Haqiqat.'""'Di tangan para wali inilah, setiap orang akan disembuhkan dari luka-lukanya, baik luka luar maupunluka dalam. Wali-wali ini akan mampu untuk membawa seluruh Ummah dan seluruh makhluq ciptaan tanpa ada tanda-tanda kelelahan. Setiap orang di antara mereka adalah Ghawts (Pemberi Syafa'at Tertinggi: Arch-Intercessor) dalam zamannya, yang di bawahnya ada lima orang Qutub (Kutub Spiritual).'" "Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam begitu bahagia dan beliau berkata, 'Wahai Tuhanku, berikan lagi bagiku!' Kemudian Allah pun menunjukkan padanya 124.000 wali, dan Ia berfirman, 'Wali-wali ini adalah pewaris dari 124.000 Nabi. Seorang wali adalah seorang pewaris dari seorang Nabi.

Mereka pun akan di sana membantumu membersihkan Ummah ini.'" "Ketika Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam sedang naik ke Hadirat Ilahiah, Allah membuat beliau untukmendengar suara seorang manusia. Suara itu adalah suara dari seorang teman dan sahabat terdekatnya, Abu Bakr as-Siddiq radhiy-Allahu 'anhu. Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk memerintahkan Abu Bakr as-Siddiq untuk memanggil seluruh wali-wali Naqsybandi: yang 40, yang 313, dan yang 7.007, beserta seluruh pengikut dan murid mereka, dalam bentuk spiritual (ruh) mereka, ke Hadirat Ilahiah.

Semuanya untuk menerima Cahaya dan Barakah yang istimewa itu.""Kemudian Allah memerintahkan Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam, yang kemudian memerintahkan Abu Bakr RA, untuk memanggil 124.000 wali dari 40 Tariqat lainnya beserta murid-murid mereka untuk diberikan Cahaya di Hadirat Ilahiah. Seluruh Syaikh mulai muncul di perkumpulan itu beserta seluruh murid mereka. Allah SWT kemudian menyuruh Nabi SAW untuk melihat mereka dengan kekuatan dan cahaya Kenabiannya, dan untuk mengangkat mereka semua ke Maqam Siddiqin, Yang Terpercaya dan Yang Benar.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam, dan Nabi SAW pun berkata kepada para Wali, 'Seluruh kalian dan seluruh pengikut kalian akan menjadi bintang gemintang yang berkilauan di antara manusia, untuk menyebarkan cahaya yang telah kuberikan pada kalian di pra-keabadian ke seluruh manusia di permukaan bumi.'"Mawlana Syaikh Nazhim berkata, "Itu semua hanyalah satu di antara rahasia-rahasia yang telah dibukatentang Malam Mi'raj kepada kalbu para wali melalui periwayatan (transmisi) dari Sanad Emas TariqatNaqsyabandi." Lebih banyak lagi kasyaf yang diberikan kepada Nabi SAW, tapi tidak ada izin untuk membukanya." Malam itu, Nabi SAW diperintah Allah untuk melakukan 50 salat dalam sehari.

Beliau meringkasnya menjadi lima kali salat dalam sehari atas nasihat Nabi Musa 'alaihissalam. Beliau kembali dari Malam Isra' Mi'raj, dan orang pertama yang mempercayai beliau adalah Abu Bakr as-Siddiq RA. Orang-orang kafir, sambil berharap untuk mempermain kan beliau, menanyakan pada beliau untuk melukiskan Yerusalem. Beliau melukiskannya dengan seluruh detailnya, dan orang-orang kafir dipermalukan.Siksaan atas Nabi SAW dan Sahabat-sahabat beliau semakin meningkat. Kemudian Allah SWT mengirimkan pada beliau SAW, kaum Ansar (Penolong) dari Madinah. Islam telah mulai tersebar pada suku-suku dari oasis kecil ini yang terletak tak jauh dari Makkah. Allah SWT memberikan izin-Nya bagi kaum Mu'min untuk berhijrah ke Madinah, rumah dari kaum Ansar.

Abu Bakr RA menginginkan untuk berhijrah, tetapi Muhammad SAW berkata padanya, "Jangan pergi dulu, tunggulah, dan mungkin kau akan berhijrah bersamaku. Ada suatu kejadian amat penting yang mesti terjadi." Nabi SAW meninggalkan Makkah di malam hari bersama Abu Bakr RA, dan meninggalkan di belakang beliau Ali KW untuk berpura-pura berperan sebagai beliau SAW di tempat tidur beliau. Di perjalanan, beliau berhenti untuk bersembunyi di Gua Tsaur. Abu Bakr berkata, Wahai Nabi, jangan masuk, aku akan masuk lebih dahulu." Dalam hatinya, Abu Bakr berpikir bahwa mungkin akan ada sesuatu yang berbahaya di dalam dan ia memilih untuk menghadapinya lebih dulu. Abu Bakr menemukan sebuah lubang di dalam gua itu. Abu Bakr memanggil Nabi SAW untuk masuk ke dalam, dan ia sendiri menaruh telapak kakinya di atas lubang itu, menutupinya. Nabi SAW masuk dan menaruh kepala sucinya di pangkuan paha Abu Bakr. Seekor ular di dalam lubang tadi mulai menggigit kaki Abu Bakr.

Abu Bakr mencoba sekuat tenaga untuk tidak bergerak, sekalipun ia dalam kesakitan yang amat sangat. Air mata mulai meleleh dari matanya, dan mengalir melalui pipinya. Setetes air mata itu terjatuh mengenai wajah suci Nabi SAW. Saat inilah, sebagaimana disitir dalam Quran: "Ia berkata pada sahabatnya, Jangan bersedih sungguh Allah beserta kita." [9:40]. Abu Bakr berkata pada Nabi SAW,"Wahai Nabi Allah, aku tidak bersedih, tapi aku dalam kesakitan. Seekor ular tengah menggigit kakiku dan aku khawatir ia akan menggigitmu. Aku menangis karena hatiku terbakar demi dirimu dan demi keselamatanmu." Nabi SAW begitu bahagia dengan jawaban sahabat terkasihnya ini hingga beliau memeluk Abu Bakr as-Shiddiq RA, menaruh telapak tangan beliau di kalbu (jantung) Abu Bakr dan menuangkan pengetahuan yang telah Allah karuniakan pada beliau, ke dalam kalbu Abu Bakr as-Siddiq.

Karena itulah beliau bersabda dalam sebuah hadits, Apa pun yang telah Allah tuangkan dalam kalbuku, aku tuangkan ke dalam kalbu Abu Bakr." Grandsyaikh kita Muhammad Nazhim al-Haqqani berkata, "Selanjutnya Nabi menaruh tangan beliau yang lain ke kaki Abu Bakr as-Siddiq dan membaca, Bismillah ir-Rahman ir-Rahim, dan kaki Abu Bakr pun segera sembuh. Kemudian beliau memerintahkan sang ular untuk keluar, dan ular itu pun keluar, menggulung dirinya di depan Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW bersabda kepada ular tersebut, 'Tak tahukah engkau bahwa daging seorang Siddiq diharamkan bagimu? Mengapa engkau memakan daging Sahabatku?' Ular itu menjawab kepada Nabi dalam bahasa Arab yang murni dan sempurna, 'Wahai Nabi Allah, tidakkah semua ciptaan diciptakan demi dirimu dan demi cintamu? Wahai Nabi, aku pun mencintaimu.

Saat kudengar bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa ummat terbaik adalah ummatmu, aku pun memohon pada-Nya untuk memperpanjang umurku dan mengarunia kan padaku kehormatan untuk dapat tergolong sebagai ummatmu dan untuk dapat melihat wajah sucimu. Dan Allah mengabulkan harapanku dan kehormatan itu bagiku. Ketika Abu Bakr menaruh kakinya di lubang itu, kakinya menghalangi pandanganku. Aku ingin agar ia memindahkan kakinya agar aku dapat melihat dirimu.'Nabi SAW bersabda, 'Pandanglah diriku sekarang dan penuhi harapanmu.' Ular itu memandang dan memandang; setelah beberapa saat, ia mati. Nabi SAW memerintah kan Jinn untuk membawa ular itu pergi dan mengubur kannya. Mawlana Syaikh Nazhim berkata, "Hal-hal ini adalah rahasia-rahasia yang telah diberikan kepada kalbu-kalbu para Wali Naqsyabandi." Beliau melanjut kan ceritanya sebagai berikut: "Kemudian Nabi SAW bersabda kepada Abu Bakr, 'Sebenarnya tak ada keperluan apa pun untuk berhenti di gua ini, kecuali suatu peristiwa yang penting akan terjadi di sini. Suatu Cahaya dari akar suatu Pohon Spiritual yang akan menyebar ke seluruh ummat manusia, suatu Cahaya yang datang langsung dari Hadirat Ilahiah, akan muncul di sini.

Allah telah memerintahkan padaku untuk menyampaikannyapadamu dan ke seluruh pengikut Tasawuf Naqsyabandi.'""Jalur transmisi ini tidaklah disebut sebagai Naqsyabandi saat itu, tapi dikenal sebagai Anak-anakdari Abu Bakr as-Siddiq, dan beliau (Abu Bakr) dikenal oleh para wali sebagai 'Bapak' dari jalur sanad ini." "Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi SAW untuk menyuruh Abu Bakr As-Siddiq untuk memanggil seluruh Syaikh (Guru) dari Sanad Emas yang merupakan pewaris dari Abu Bakr. Abu Bakr memanggil para Grandsyaikh dari Sanad Emas, seluruh dari mereka, dari zamannya hingga ke zaman Al-Mahdi 'alaihissalam. Mereka semua dipanggil lewat ruh-ruh mereka dari Alam Arwah. Kemudian Abu Bakr diperintahkan pula untuk memanggil 7.007 Wali Naqsyabandi. Kemudian Nabi SAW memanggil 124.000 Nabi-nabi. ""Abu Bakr as-Siddiq, dengan perintah Nabi SAW, memerintahkan setiap grandsyaikh untuk mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk hadir secara spiritual.

Kemudian Abu Bakr as-Siddiq memerintahkan seluruh Syaikh untuk mengambil tangan para pengikut mereka untuk menerima bay'ah (inisiasi). Abu Bakr menaruh tangannya di atas mereka semua, dan kemudian Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam menaruh tangan beliau di atas mereka semua, dan kemudian Allah meletakkan Tangan-Nya, Tangan Kekuasaan (Qudrat), di atas mereka semua. Dan Allah, oleh Diri-Nya Sendiri-lah, menaruh di lidah setiap orang yang hadir bacaan dzikir-Nya (talqin az-Zikr), dan Ia memerintahkan Nabi untuk menyuruh Abu Bakr as-Siddiq untuk memerintahkan semua wali yang hadir bersama pengikut-pengikut (murid) mereka untuk melafazkan apa yang mereka dengar dari Suara Qudrati: ALLAHU ALLAHU ALLAHU HAQQALLAHU ALLAHU ALLAHU HAQQALLAHU ALLAHU ALLAHU HAQQ "Semua mereka yang hadir mengikuti Syaikh mereka dan para Syaikh itu mengikuti apa yang mereka dengar dari Nabi yang juga melafazkan. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengajarkan rahasia dari Dzikir, yang dikenal sebagai Khatm-il-Khwajagan, kepada Abdul Khaliq al-Ghujdawani, yang memimpin dzikir pertama di antara para wali dari Tariqah ini.

Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam mengumumkan kepada Abu Bakr, yang kemudian mengumumkannya ke seluruh wali, bahwa Abdul Khaliq al-Ghujdawani adalah pemimpin dari Khatm-I-Khwajagan. Setiap orang mendapat kehormatan untuk menerima rahasia dan cahaya itu dari Khwaja Abdul Khaliq al-Ghujdawani, di hadirat para wali, di hadirat Abu Bakr as-Shiddiq, di hadirat Nabi Sall-Allahu 'alaihi wasallam, dalam Hadirat Allah."Mawlana Syaikh Nazhim berkata, "Siapa pun yang menerima bay'ah (inisiasi) dari kami atau menghadiri Majelis Dzikir kami mesti mengetahui bahwa dirinya telah hadir di gua tersebut di saat barakah itu, di Hadirat Nabi Sall-Allahu 'alaihi wasallam, dan bahwa ia telah menerima semua rahasia-rahasia ini kemudian. Rahasia-rahasia ini telah disampaikan kepada kami melalui para syaikh dari Sanad Emas, melalui Abu Bakr as-Siddiq." Abu Bakr as-Siddiq RA, teramat bahagia dan gembira dengan apa yang terjadi di dalam gua itu, dan beliau kini mengerti mengapa Nabi SAW telah memilihnya untuk menjadi teman dalam hijrah beliau.

Para Syaikh Naqsyabandi menganggap kejadian-kejadian dalam gua tadi sebagai fondasi dari Tariqat. Tidak hanya sebagai sumber dari wirid harian, tetapi juga karena ruh-ruh dari seluruh anggota Tariqah ini telah hadir bersama di saat itu. Setelah kejadian di gua tadi, mereka melanjutkan perjalanan ke Madinah al-Munawwarah. Saat mereka mencapai Quba, suatu desa di dekat Madinah, di hari Senin di bulan Rabi'ul Awwal, mereka berhenti untuk beberapa hari. Di sana Nabi SAW membangun masjid pertamanya. Mereka melanjutkan perjalanan mereka di hari Jumat, setelah mendirikan Salat Jumat di Quba. Itu adalah Jama'ah Jumat pertama yang beliau dirikan. Beliau memasuki Madinah bersama sahabat beliau, di tengah-tengah teriakan takbir (ALLAHU AKBAR) dan tahmid (AL-HAMDU LILLAH) dan kegembiraan sertah kebahagiaan yang meluap dari setiap orang yang hadir. Beliau bergerak ke arah mana unta beliau akhirnya berhenti, dan di sanalah kemudian beliau membangun masjid beliau dan rumah beliau. Beliau tinggal sebagai seorang tamu di rumah Abu Ayyub Al-Ansari sampai masjid beliau terbangun. Saat Nabi SAW datang ke Madinah, Madinah sedang dipenuhi berbagai wabah. Begitu beliau tiba, seluruh wabah penyakit itu lenyap.

Tidak ada komentar:

Kumpul Blogger