Rabu, 03 Desember 2008

Panduan Hidup


Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani Mercy Oceans of the Heart.
Suatu kali Grandsyaikh mendatangi saya dan berkata, “Wahai Nazim Efendi, saya ingin berbicara tentang suatu hal yang amat serius, sesuatu yang harus kamu dan para pencari perhatikan dengan seksama. Jangan menjadikan egomu sebagai tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa. Kamu harus berhati-hati sekali, karena bentuk politheisme yang satu ini termasuk jenis yang mungkin kamu lakukan tanpa sepengetahuanmu. Penyembahan terhadap ego adalah suatu penyimpangan dari kemurnian iman yang paling berbahaya, bisa juga disebut syirik yang tersembunyi. Lihatlah, sebenarnya ummat manusia adalah makhluk yang paling lemah. Setiap binatang yang berjalan di atas tanah, berenang dalam air atau terbang di udara mempunyai mekanisme adaptasi yang lebih baik dibandingkan kita.
Mereka bisa bergerak ke mana saja di dunia ini, dengan memakan rumput, minum cairan berlumpur, tidur di tanah, mereka memiliki rambut yang tebal pada kulitnya untuk menjaga agar tubuh mereka tetap hangat, selain itu ada pula yang berdarah dingin. Mereka tidak akan terpengaruh dengan perubahan cuaca yang normal. Tetapi tidak demikian halnya dengan tubuh kita yang memerlukan perawatan khusus. Kita memerlukan bermacam-macam pakaian untuk setiap musim, kita juga harus menjaga kebersihan makanan dan minuman agar tetap sehat. Dengan kata lain, jika kita dikenakan kondisi yang sama seperti makhluk-makhluk lainnya, bisa jadi kita akan mati dengan cepat. Jadi, dalam hal ini manusia adalah makhluk yang paling lemah di antara semua binatang. Tetapi perhatikan, walaupun kita yang paling lemah, makhluk yang paling membutuhkan perawatan khusus, bahkan sebagai seorang individu yang rapuh pun, kita tidak pernah merasa senang untuk menerima seorang mitra dalam segala aktivitas, jika kita pikir kita dapat melakukannya sendiri. Hanya ketika kita memperkirakan bahwa tugas tersebut di luar kemampuan kita, barulah kita mencari bantuan.
Sebagai contoh, jika seorang membangun sebuah usaha dan dengan mudah dia mampu menjalankan dan membiayainya sendiri, akankah ia mencari seorang mitra? Tidak, yang demikian tidak ada gunanya.Jadi, jika kalian memahami bahwa makhluk yang paling lemah pun enggan untuk menerima seorang mitra bila tidak dibutuhkan, bagaimana mungkin kalian bisa menganggap adanya satu atau beberapa mitra bagi Allah, Yang Maha Kuasa? Siapa yang bisa menjadi mitra untuk Tuhan seluruh alam semesta. Tuhan dari segalanya, Yang Kekuasaannya tidak terbatas dan Dia Maha Pencipta? Bagaimana Dia dapat menerima seorang mitra, anak laki-laki, istri, atau anak perempuan? Makhluk mana yang cocok sebagai mitra-Nya? Dapatkah seorang diangkat menjadi mitra? Haruskah Sang Pencipta menciptakan suatu makhluk dan menempatkannya bersama-Nya? Itu konyol! Kalian menerima mitra tentunya untuk mengisi kekurangan yang ada, baik dalam masalah keuangan atau tenaga kerja, kalau tidak, siapa yang mau menanggung beban seperti itu. Jadi siapa yang sanggup menolong Allah Oleh sebab itu, seluruh Nabi telah memberi peringtan keras tentang gagasan keagamaan yang salah tersebut, juga terhadap seluruh bentuk politheisme.
Tetapi ada salah satu bentuk politheisme yang bersifat rahasia, tidak dengan mudah terdeteksi. Dan kenyataannya banyak sekali orang yang melakukan penyembahan terhadap tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa tanpa menyadarinya. Bahkan orang yang mengaku dirinya hanya menyembah Allah biasanya juga melakukan penyembahan terhadap sesuatu yang rahasia dalam dirinya. Dan siapa yang menganggap sebagai mitra Allah Yang Maha Kuasa siapa lagi kalau bukan ego kita.Ego mendekati kita dan berkata, “Akulah mitra itu. Baik kamu suka atau tidak akulah yang kamu sembah selain Allah . Jika kamu bersikeras untuk beribadah kepada Allah dan menganggap Dia adalah Tuhanmu, dan aku tidak bisa menasihatimu untuk meninggalkan tindakan bodoh itu, setidak-tidaknya kamu harus mengenal aku sebagai Tuhan keduamu dan kamu akan berusaha keras untuk membuatku senang. Jika kamu berjuang keras untuk menjadi hamba yang baik bagi Allah, maka kamu juga harus melakukan hal yang sama untuk menjadi hambaku, jika kamu mematuhi Allah, maka sekali-kali kamu juga harus patuh padaku.
Ayo lakukanlah, jika kamu harus melakukannya, ucapkan syahadat, pernyataan keimananmu kepada Allah , lakukan shalat 5 kali sekali, berpuasa di bulan Ramadhan, naik haji ke Mekkah, membayar zakat, tetapi aku tidak akan mentoleransi semua itu jika kamu tidak mendedikasikan semua perbuatan itu untukku juga, Aku menuntut bagianku!”Ketika ego kita menyatakan hal tersebut, kita menjawabnya, “Wahai egoku, kamu berhak mendapatkan keinginanmu, aku juga menghormatimu dengan baik, dan aku akan berjuang keras untuk membuatmu senang, untuk menghormati dan mematuhimu.
Dan jika suatu saat, aku tidak bisa melakukan perintahmu, maafkanlah aku, dan ketahuilah bahwa aku akan berbuat yang terbaik untuk menyenangkanmu.”Sekarang kita sebagai muslim, sebagai pengikut dari agama monotheistik yang paling murni mungkin terlalu senang dan puas dengan status keimanan kita sendiri. Suatu saat mungkin kita melihat patung di museum atau di sisi jalan yang dibuat dari batu oleh nenek moyang kita, dibentuk dari tanah liat atau logam, dan bisa jadi kita tertawa geli membayangkan hal bodoh tentang praktek penyembahan buatan tangan sendiri yang dulu dilakukan, dengan berkata, “Betapa bodoh mereka—hahaha—mereka membuat beberapa patung lalu disembah sebagai tanda kepatuhan, mereka juga berikrar dengan tulus kepadanya, mencintai dan menghormatinya!” Dan pada kenyataannya kita tidaklah lebih baik dari mereka—menyembah tuhan-ego.
Rasulullah e memberikan peringatan yang sangat keras akan bahaya ini, khususnya karena sifatnya yang sangat tersembunyi, seperti sebuah ranjau di hutan yang ditutupi ranting-ranting dan rerumputan. Begitu banyak orang yang menyembah mitra ini tanpa pernah mencurigainya.Grandsyaikh juga memperingati kita dengan mengatakan bahwa tuhan ego ini tidak akan pernah puas hanya menjadi nomor dua. “Tidak!”, dia bilang, “Aku yang pertama, kedua, dan ketiga…jangan menyembah selain Aku.” Tetapi ketika dia menyadari adanya hambatan, diam-diam dia melakukan perhitungan kembali dan berkata,”Baiklah, Dia yang pertama, Aku kedua,” dia tahu bahwa inilah kesempatan untuk menempatkan diri dalam posisi dan kemudian menyabot iman kita, bahkan kalau mungkin mengkudetanya.
Oleh sebab itu kita harus menyingkirkan mitra itu dari singasananya, dan seluruh Rasul dikirim kepada umat manusia untuk mengajari mereka bagaimana melakukan tugas itu. Kita membutuhkan latihan dari seorang yang mampu menghadapi kemauan egonya, yang bisa menjinakkan egonya sehingga tidak lagi menyita terlalu banyak perhatian atau menjadi terlalu baik padanya. Sebelum sampai di sana, kalian harus waspada bahwa kalian juga merupakan penyembah berhala yang rahasia, sehingga hatimu akan terkunci untuk mendapatkan rahmat dari Pengetahuan Allah. Dengan menjadi teman dari orang yang telah menyadari betapa bahayanya permainan yang dimainkan oleh ego, dan kemudian mampu menghindari dirinya dari dominasi ego, para pencari kebenaran mungkin telah sampai pada sasarannya.
Oleh sebab itu Rasul terakhir, Muhammad saw, mengajari para sahabat dengan memasukkan mereka ke dalam sebuah asosiasi atau majelis bersamanya. Oleh sebab itu, para nabi terdahulu, guru-guru Naqasybandi menekankan pentingnya “Sohbet”, berasosiasi dengan Syaikh, sebagai pilar utama dalam melatih para pengikutnya. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa jika seorang menghadiri majelis thariqat seperti ini walau hanya 5 atau 10 menit, dia akan mendapatkan keuntungan spiritual yang banyak sekali yang nilainya sama dengan yang didapat dari melakukan ibadah sunnah selama 7 tahun.Itulah besarnya kekuatan dari asosiasi para Nabi terdahulu. Kekuatan itu bisa bertambah kuat dengan kebersamaan orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu dalam menyatukan hati dengan hati Syaikh-nya.
Kekuatan itu merasuk ke dalam hati setiap orang sehingga dapat menarik bentuk penyembahan ego yang tersembunyi hingga ke akar-akarnya. Kalian boleh mengamati bahwa dengan setiap pertemuan ini kekuatan ego akan melemah.Grandsyaikh menerangkan bahwa tanpa asosiasi sangat sulit untuk menarik ego keluar dari permainannya, untuk mengenali tipuan-tipuannya dan melarikan diri dari genggamannya. Kita membutuhkan bimbingan yang dapat menunjukkan jalan bagi kita untuk melewati karang, khususnya karena jejak itu yang sangat diinginkan oleh ego, tampak dari adanya rambu-rambu seperti, “Lewat Sini” , atau “Jalan Pintas”, yang kamu pikir semuanya baik-baik saja. Ego mendatangi dan menasihatimu, “Jika kamu melakukan ini, mungkin ada hasilnya, jika itu, ini. Ini cocok, tetapi yang itu tidak,” dan dengan ‘nasihat yang baik’ itu ego mencari kesempatan untuk melemahkan hati kamu, untuk memalingkan diri dari Allah Yang Maha Kuasa.Tetapi ketika kamu berasosiasi dengan Syaikh, ego dan apa yang dilakukannya dengan cepat akan dikenali dan menjadi nyata.
Penyamaran ego dapat dengan mudah diketahui, sehingga di depanmu dia seperti berdiri, telanjang, dan terekspos. Kamu akan terkejut dan tiba-tiba berkata, “Itu tidak lain adalah egoku! Dia benar-benar rapi dalam penyamarannya sehingga Aku menjadikannya sebagai penasehat yang sangat penting dan mulia, tetapi kini Aku dapat melihatnya sama saja seperti bajingan lainnya.” Asosiasi dengan Syaikh ini dapat membantumu mengerti dan menyadari kesalahanmu, lalu jika kamu bisa mengatasinya dan meninggalakan karakter buruk itu, dan meningkatkan dirimu barulah kamu dapat mengalami kemajuan pesat. Hal lain yang harus dimengerti adalah di mana pun kalian mengadakan majelis karena Allah, menyatukan hati dengan Guru-guru thariqat Naqsybandi, maka pertemuan itu akan sama saja tingkatannya dengan asosiasi yang baru saja digambarkan tadi.
Jangan membuat kesalahan dengan berpikir bahwa satu-satunya pertemuan yang bermanfaat adalah pertemuan di mana Syaikh hadir secara fisik. Ketika kita saling bertemu, salah satu dari kita mungkin merupakan penghubung bagi masuknya inspirasi dari Syaikh, seseorang harus berbicara dan yang lainnya mendengarkan, seseorang harus menerima dari Syaikh dan yang lain melalui dia dari Syaikh. Thariqat Naqsybandi adalah Jalan Sufi yang sangat kuat dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan Rasulullah , dan asosiasi seperti ini adalah salah satu kebiasaan beliau, dan juga jalan dari para sahabat, sebagaimana beliau selalu menunjuk seorang pemimpin untuk menggantikannya ketika beliau berhalangan hadir. Ya, seorang harus berbicara dan yang lain mendengarkan. Dengan cara ini semua pertemuan dengan saudara-saudara kita akan diberkati. Jika lebih dari seorang yang berbicara, atau jika ada argumentasi dan saling mengklaim, maka tidak ada kekuatan spiritual dalam pertemuan itu dan hati kita akan tetap dingin. Oleh sebab itu, jika kita mengindikasikan bahwa salah satu saudara kita akan melakukan asosiasi dalam suatu pertemuan, maka yang lain harus mendengarnya.
Ketika kamu mendengarnya, dia akan mampu menerima inspirasi dari Grandsyaikh yang hatinya berhubungan dengan Rasulullah , dan hati Rasulullah selalu berhubungan dengan Allah. Dengan cara ini Allah akan membantu orang itu dan melimpahkan Berkah-Nya yang tidak terbatas, juga Rahmat, Pengetahuan, dan Samudra Kenikmatan-Nya, jadi melalui kata-katanya, orang yang hadir dalam pertemuan itu akan dibimbing menuju tujuannya masing-masing.Ketika seseorang diminta untuk berbicara mewakili Syaikh di mana pun dan kapan pun, bisa jadi ada seratus, seribu, atau sejuta orang yang mendengarkannya dan setiap orang masing-masing dapat mengambil pelajaran apa yang dia butuhkan. Adalah mustahil jika seseorang berbicara atas nama Syaikh tanpa ada yang memperoleh keuntungan dari pembicaraannya itu, sebaliknya setiap orang akan mengambil bagiannya.

Tidak ada komentar:

Kumpul Blogger