Kamis, 04 Desember 2008

Pandangan Syaikh Naqsbandy Dalam Mencapai Hadirat Ilahi


Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani


Beliau berkata, Apa yang dimaksud dengan hadits Rasulullah , as-shalatu mi’raj ul-mu'min (‘Shalatadalah mi’raj bagi orang yang beriman’), adalah indikasi yang jelas mengenai tingkatan Shalat yangsejati, di mana orang-orang yang shalat naik keHadirat Ilahi dan padanya terdapat manifestasi rasahormat yang mendalam, kepatuhan dan kerendahan hati,di mana hatinya mencapai keadaan kontemplasi melaluishalatnya. Ini akan mengantarkannya kepada suatupanorama dari Rahasia Ilahi. Itu adalah deskripsi mengenai shalatnya Rasulullah dalam sirah (sejarahhidupnya). Dikatakan bahwa ketika Rasulullah mencapai keadaan tersebut, orang-orang di luar kota pun dapat mendengar suara yang berasal dari dadanya yang menyerupai dengungan lebah. Salah satu ulama di Bukhara bertanya kepada beliau,“Bagaimana seorang hamba mencapai Hadirat Ilahi dalamshalatnya?” Beliau menjawab, Dengan memakan darihasil jerih payahmu dan dengan mengingat Allah dalamshalat dan di luar shalatmu, dalam setiap penyuciandiri dan dalam setiap peristiwa hidupmu.

Tentang Politheisme Tersembunyi - SyirikSyaikh Salah, seorang pelayannya melaporkan, Suatuketika Syah Naqsyband berkata kepada parapengikutnya, ‘Suatu hubungan antara hatimu dengansesuatu selain Allah adalah hijab terbesar bagiseorang pencari,’ setelah itu beliau membaca baitpuisi berikut, ‘Hubungan dengan selain Allah,’Adalah hijab (sekat) terkuat,’Dan meninggalkannya, ’Adalah Jalan Pembuka bagi suatu Pencapaian.’Segera setelah beliau membacakan bait tersebut,terlintas dalam benakku bahwa beliau merujuk padahubungan antara Iman dan penyerahan diri pada Kehendak Ilahi. Beliau menoleh kepadaku, tertawa dan berkata, ‘Apakah engkau tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Hallaj? “Aku menolak agama Allah, dan penolakan itu adalah wajib bagiku meskipun tampak menyeramkan bagi kebanyakan Muslim.” Wahai Syaikh Salah, apa yang terlintas dalam benakmu—bahwa hubungan itu adalah dengan Iman dan Islam—bukanlah hal yang penting.

Yang penting adalah Iman Sejati, dan Iman Sejati bagi Orang yang Benar adalah membuat hatinya menyangkal apapun selain Allah . Itulah yang membuat Hallaj berkata, “Aku menyangkal agama-Mu dan penyangkalan itu adalah wajib bagiku, meskipun tampak menyeramkan bagi Muslim.” Hatinya tidak menginginkan yang lain kecuali Allah.‘Tentu saja Hallaj tidak menyangkal Imannya dalamIslam, tetapi beliau menekankan bahwa hatinya hanyaterkait kepada Allah saja. Jika Hallaj tidak menerima segala sesuatu selain Allah , bagaimana mungkin orang mengatakan bahwa sebenarnya beliau menyangkal agama Allah? Pernyataannya tentang realitas Kesaksiannya mencakup segalanya dan membuat kesaksian Muslim yang awam menjadi mainan anak-anak.’

Syaikh Salah melanjutkan,Syah Naqsyband k berkata,‘Hamba-hamba Allah tidak bangga dengan apa yangmereka lakukan, mereka melakukannya karena cintakepada Allah.’ ‘Rabi’a al-‘Adawiyya berkata, “Ya Allah , Aku tidak beribadah untuk mencari balasan Surga-Mu, tidak pula karena takut akan siksa-Mu, tetapi Aku menyembah-Mu hanya untuk Cinta-Mu.’ Jika ibadahmu untuk menyelamatkan dirimu sendiri atau untuk mendapat balasan tertentu bagi dirimu sendiri, maka itu adalah syirik yang tersembunyi, karena engkau telah menyekutukan Allah baik dengan pahala maupun azab. Inilah yang dimaksud oleh Hallaj.’Syaikh Arslan ad-Dimasyqi berkata sebagaimana yangdiceritakan oleh Syah Naqsyband ,Ya Allah , agama-Mu bukanlah apa-apa, melainkansyirik yang tersembunyi, dan untuk tidak berimankepadanya adalah wajib bagi seluruh hamba yang benar.

Orang-orang yang beragama tidak menyembah-Mu, mereka hanya beribadah untuk mendapat Surga atau agar selamat dari Neraka. Mereka menyembah keduanya sebagai berhala, dan itulah seburuk-buruknya kemusyrikan. Engkau telah berkata, man yakfur bi-t-taghuti wa yu'min billahi faqad istamsaka bil-‘urwati-l-wutsqa (“Barangsiapa yang ingkar terhadap Taghut (berhala) dan beriman kepada Allah , maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada Pegangan (Tali) yang Kokoh”) [2:256]. Untuk ingkar kepada berhala-berhala ini dan beriman kepada-Mu adalah wajib bagi orang-orang yang benar.Syaikh Abul-Hasan asy-Syadzili k, salah seorang Syaikh Sufi agung pernah ditanya oleh Syaikhnya, “Wahai anakku, dengan apa engkau akan bertemu Tuhanmu?” Beliau berkata, “Aku datang kepada-Nya dengan kemiskinanku.” Syaikhnya menjawab, Wahai anakku, jangan kau ulangi lagi hal ini. Iniadalah berhala terbesar, karena engkau masihmendatangi-Nya dengan sesuatu. Bebaskan dirimuterhadap segala sesuatu baru kemudian engkau datangkepada-Nya.

Para fuqaha (ahli hukum) dan pemegang ilmu eksternal memegang teguh pada perbuatan mereka dan dengan dasar tersebut mereka mengembangkan konseppahala dan azab. Jika mereka baik, mereka akanmendapat kebaikan dan bila mereka buruk merekamenemukan keburukan, apa yang bermanfaat bagi seoranghamba adalah perbuatannya dan apa yang menyakitinyaadalah perbuatannya juga. Bagi penganut thariqat, hal ini adalah syirik tersembunyi, karena seseorangmenyekutukan sesuatu dengan Allah . Meskipun untukmelakukan (perbuatan baik) adalah suatu kewajiban,tetap saja hati tidak boleh terikat dengan perbuatantersebut. Perbuatan itu hanya dilakukan karena Allahdan untuk Cinta-Nya, tanpa pamrih apa pun.

Tidak ada komentar:

Kumpul Blogger