
Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani
Syah Naqsyband , semoga Allah mensucikan jiwanya,berada dalam tingkatan tertinggi dalam menolakkeinginan terhadap dunia ini. Beliau mengikuti jalanyang shaleh, terutama dalam hal tata cara makannya. Beliau mengambil segala jenis pencegahan sehubungandengan makanannya. Beliau hanya mau makan dari barley yang ditanamnya sendiri. Beliau akan memanennya, menggilingnya, membuat adonan, menanak dan memanggangnya sendiri. Semua ulama dan para pencari di masanya membuat jalan mereka menuju rumahnya, agar bisa makan di mejanya dan mendapatkan berkah dari makanannya. Beliau mencapai suatu kesempurnaan dalam halpenghematan; di musim dingin, beliau hanya meletakkanselembar karpet tua di lantai rumahnya dan ini tidakmemberi perlindungan dari udara dingin yang menusuk.
Di musim panas beliau meletakkan tikar yang sangattipis di lantai. Beliau mencintai orang yang miskindan membutuhkan. Beliau mendorong para pengikutnyauntuk mencari nafkah dengan cara yang halal, yaitudengan membanting tulang. Beliau mendorong merekauntuk membagikan uangnya kepada fakir miskin. Beliaumemasak untuk fakir miskin dan mengundang mereka untuk makan bersama. Beliau melayani mereka dengantangannya sendiri yang suci dan mendorong mereka agar tetap berada di Hadirat Allah .
Jika salah seorang di antara mereka memasukkan makanan ke dalam mulutnya dengan cara yang tidak baik, beliau akan menegurnya, melalui pandangan spiritualnya terhadap apa yang telah mereka lakukan dan mendorong mereka untuk tetap ingat kepada Allah ketika sedang makan. Beliau mengajarkan bahwa, Salah satu pintu yang paling penting menuju ke Hadirat Allah adalah makan dengan Kesadaran. Makanan memberikan kekuatan bagi tubuh, dan makan dengan kesadaran memberikan kesucian bagi tubuh. Suatu saat beliau diundang ke sebuah kota bernama Ghaziat di mana salah seorang muridnya telah menyiapkan makanan baginya. Ketika mereka duduk untuk makan, beliau tidak menyentuh makanannya.
Tuan rumah menjadi terkejut. Syah Naqsyband berkata, “Wahai anakku, Aku ingin tahu bagaimana engkau menyiapkan makanan ini. Sejak engkau membuat adonan dan memasaknya sampai engkau menyajikannya, engkau berada dalam keadaan marah. Makanan in bercampur dengan kemarahan itu. Jika kita memakan makanan itu, Setan akan menemukan jalan untuk masuk melaluinya dan menyebarkan seluruh sifat buruknya ke seluruh tubuh kita.”Di waktu yang lain beliau diundang ke kota Herat olehrajanya, Raja Hussain. Raja Hussain sangat senangdengan kunjungan Syah Naqsyband dan memberikan pestabesar baginya. Raja mengundang semua mentrinya,Syaikh-Syaikh dari kerajaannya dan seluruh tokohterhormat. Beliau berkata, “Makanlah makanan ini. Ini adalah makanan yang murni, yang dibuat dari uangyang halal yang kudapat dari warisan ayahku.” Semuaorang makan kecuali Syah Naqsyband, hal ini mendorongSyaikh ul-Islam pada saat itu, Qutb ad-din, untukbertanya, “Wahai Syaikh kami, mengapa engkau tidakmakan?” Syah Naqsyband k berkata, “Aku mempunyaiseorang hakim tempat Aku berkonsultasi.
Aku bertanya kepadanya dan hakim itu berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, mengenai makanan ini terdapat dua kemungkinan. Jika makanan ini tidak halal dan engkau tidak makan, bila engkau ditanya engkau dapat mengatakan Aku datang ke meja seorang raja tetapi Aku tidak makan. Maka engkau akan selamat karena engkau tidak makan. Tetapi bila engkau makan dan engkau ditanya, maka apa yang akan kau katakan? Maka engkau tidak akan selamat.’ Pada saat itu, Qutb ad-Din begitu terkesan dengan kata-kata ini dan tubuhnya mulai bergetar. Beliau harus meminta izin kepada raja untuk menghentikan makannya.
Raja sangat heran dan bertanya, “Apa yang harus kitalakukan dengan semua makanan ini?” Syah Naqsyband berkata, “Jika ada keraguan mengenai kesucian makananini, lebih baik berikan kepada fakir miskin. Kebutuhan mereka (akan makanan-red) akan membuatnyahalal bagi mereka. Jika seperti yang engkau katakan,makanan ini halal, maka akan lebih banyak lagi berkahdalam pemberian makanan ini sebagai sedekah kepadamereka yang membutuhkan daripada menjamu orang-orangyang tidak (benar-benar membutuhkannya-red).” Sebagian besar hari-harinya dijalani dengan berpuasa. Jika seorang tamu mendatanginya dan beliau mempunyai sesuatu yang bisa ditawarkan kepadanya, maka beliau akan duduk menemaninya, membatalkan puasanya dan makan bersamanya.
Beliau berkata kepada para pengikutnya bahwa para Sahabat Rasulullah saw biasa melakukan hal yang sama. Syaikh Abul Hasan al-Kharqani berkata dalam bukunya, Prinsip-Prinsip Thariqat dan Prinsip-Prinsip dalam Meraih Makrifat. Jagalah keharmonisan dengan para sahabat, tetapi tidak dalam berbuat dosa. Ini berarti bahwa jika engkau sedang berpuasa, lalu ada seseorang yang berkunjung sebagai teman, maka engkau harus duduk bersamanya dan makan bersamanya demi menjaga adab dalam berteman dengannya. Salah satu prinsip dalam puasa, atau ibadah lainnya adalah menyembunyikan apa yang dilakukan oleh seseorang. Jika seseorang membukanya, misalnya dengan berkata kepada tamunya bahwa dia sedang berpuasa, maka kebanggaan bisa masuk ke dalam dirinya sehingga menghancurkan puasanya. Inilah alasan di balik prinsip tersebut.Suatu hari beliau diberikan seekor ikan yang telahdimasak sebagai hadiah. Di sekitarnya terdapat banyak orang miskin, di antara mereka terdapat seorang anak yang sangat shaleh dan sedang berpuasa.
Syah Naqsyband k memberikan ikan itu kepada orang-orang miskin dan mengatakan kepada mereka, “Silakan duduk dan makan,” demikian pula kepada anak yang sedang berpuasa itu, “Duduk dan makanlah.” Anak itu menolak. Beliau berkata lagi, “Batalkan puasamu dan makanlah,“ lagi-lagi anak itu menolak. Beliau bertanya kepadanya, Bagaimana jika Aku memberimu salah satu di antara hari-hariku di bulan Ramadhan? Maukah engkau duduk dan makan?” Sekali lagi dia menolak. Beliau berkata kepadanya, Bagaimana jika Aku memberimu seluruh Ramadhanku?” Namun masih saja dia menolak. Beliau berkata, Bayazid al-Bistami pernah suatu kali dibebani orang sepertimu.”
Sejak saat itu anak itu terlihat berpaling untuk mengejar kehidupan duniawi. Dia tidak pernah berpuasa dan tidak pernah beribadah lagi. Insiden yang dirujuk oleh Syah Naqsyband terjadiketika Syaikh Abu Turab an-Naqsybandi mengunjungiBayazid al-Bistami. Pelayan beliau menawarkan makanan. Abu Turab berkata kepada pelayan itu, “Datanglah ke sini, duduk dan makan bersamaku.” Pelayan itu menolak, “Tidak, Aku sedang berpuasa.” Beliau berkata, “Makanlah, dan Allah akan memberimu pahala puasa selama satu tahun.” Dia tetap menolak. Beliau berkata lagi, “Ayo makan, Aku akan berdo’a kepada Allah agar Dia memberimu pahala dua tahun puasa.” Kemudian Hadrat Bayazid berkata, “Tinggalkan dia. Allah tidak lagi memeliharanya.” Hari-hari berikutnya kehidupannya semakin buruk dan dia menjadi seorang pencuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar