Kamis, 04 Desember 2008

Qutb of Time, Our Siddiq, Our beloved: Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani qs


Syaikh Adnan Kabbani, Fenton-MI 1993

Pada masa kita sekarang ini, maqam tertinggi adalah maqamnya Mawlana, dimana kita sekarang sedang memasukinya. Kalianpun akan mencibir, bahwa setiap orang berkata sama tentang syaikh-nya dan semua mengira bahwa syaikh merekalah yang punya maqam tertinggi. Namun kalian harus sadar bahwa tiap sahabat Nabi mempunyai sebuah rahasia, dan kalian akan tahu maqam Mawlana dengan membandingkannya dengan Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq diantara para sahabat. Dalam majelis ilahiah Nabi, beliau mengutarakan : “ Biarkan semua awliya tahu bahwa Abu Bakr as-Siddiq pada masa sekarang ini, bagi-ku ( nabi saw ) adalah Syaikh Nazim !”

Di setiap waktu, pasti ada seorang Siddiq, karena maqam itu tidak pernah kosong. Kami tidak membawa berita ini dari saku kami sendiri. Ini berasal dari majelis ilahiah Nabi saw. Beliau tidak memberikan maqam siddiq pada setiap awliya. Adakah dari para awliya ini yang berani maju sambil mengatakan : Akulah Siddiq bagi umat sekarang ini. Siapa yang berani mengatakan hal seperti itu ? pernahkan kalian mendengarnya dari para awliya ? tidak seorangpun yang berani mengatakan hal ini kecuali dia yang telah berada pada maqam ini. Aku mendengarnya dari Grandsyaikh, dan akulah yang menulis wasiat terakhirnya. Grandsyaikh mengatakan dalam wasiatnya : “ Seperti Abu Bakr as-Siddiq bagi Nabi saw – maka Syaikh Nazim adalah bagiku. Nabi dalam majelis ilahiahnya telah memberikan maqam as-Siddiq pada syaikh Nazim dan tidak bagi yang lain.” Sekarang kalian tidak akan menemukan awliya-awliya asli lainnya. Mereka semua disembunyikan. Namun kalian akan menemukan banyak orang yang membuat dirinya sendiri sebagai syaikh. Mudah, katakan saja : aku seorang syaikh. Siapa yang lebih tahu darimu ? Namun jika kalian bukan dianugerahi oleh Allah dan Nabi-Nya dengan maqam seorang syaikh, maka hal ini tidak akan berhasil.
Beliau yang ditunjuk oleh Allah adalah syaikh yang asli. Beliau mempunyai seluruh kode dan kunci yang dapat di pakai untuk membuka pintu kalian agar mendekat pada Allah. Apalagi yang kita inginkan kecuali menerima cahaya ini ? kami menginginkan Allah. Ilahi anta maqsudi wa ridaka matlubi ( Tuhanku, Engkaulah puncak tujuanku, dan ridha-Mu yang kumohon. ) Apa yang kita inginkan adalah baraqah-Nya, tidak ada yang lain. Siapa yang mampu membuat kalian kesana, dialah Syaikh yang asli, bukan mereka yang mengklaim diri sebagai syaikh. Atau yang mempunyai keajaiban, karena syaitan pun mampu membuat keajaiban, namun mereka tidak mampu mengantar kita pada Allah. “Amanat, kunci-kunci kalian semua ada di tanganku.” Kata Mawlana. Ketika kita mendapatkannya, kita akan mampu memasuki pi ntu Allah SWT. Dunia ini penuh dengan para syaikh. Namun tunjukkan padaku, satu orang yang mampu mengantar yang lain menuju Hadirat Allah, seperti yang dilakukan Grandsyaikh Abdullah al-Faiz ad-Daghestani pada syaikh kita, Mawlana Syaikh Nazim.
Mawlana mampu membawa al-awwalin wa-l-akhirin, dari yang pertama sampai terakhir, dari sejak hari LA ILAHA ILLA-L-LAH sampai ke hari MUHAMMADUN RASULU-L-LAH, dari sebelum keabadian sampai setelah keabadian. Beliau akan mengantar semuanya pada hadirat Allah. Beliau memiliki kekuatan itu. Itulah mengapa beliau seorang Siddiq. Dan itulah mengapa beliau seorang Syaikh. Beliau ditunjuk oleh Nabi dan Allah dalam majelis suci. Semua awliya membutuhkan beliau karena beliau adalah sultan sedang awliya lain bukan. Hanya ada satu sultan. Para awliya yang asli akan segera mengakui bahwa : Mawlana Syaikh Nazim adalah seorang sultan. Namun syaikh palsu tidak mampu melihatnya, karena ego mereka sangat tinggi dan setan sedang beraksi dalam diri mereka. Seorang wali asli, dikirim oleh Allah SWT tidak lain untuk memerangi ego dan syaitan. Maka dari itu, sejak pertama kalian mengenal Mawlana, beliau akan memerangi ego dan syaitan kalian. Jika ego dan syaitan itu telah lenyap , maka cahaya Allah akan mengalir dalam diri kalian. Jika kalian telah menyala dengan cahaya Allah, maka kalian bukan lagi seorang manusia biasa, tidak. Kalian akan menjadi seseorang yang dibutuhkan oleh orang lain. Jika kalian memasuki suatu tempat, maka jin atau malaikat atau para penghuni makam akan keluar dan ingin mengambilnya dari diri kalian, karena mereka mampu melihatnya. Bahkan manusia biasa, ketika melihatmu, mereka ingin mendekatimu. Kenapa ? karena cahaya yang dinyalakan oleh-Nya.
Jika ada maqam yang kosong, walaupun seorang nabi telah wafat, maqam itu harus diisi lagi sampai nabi terakhir. Setelah beliau, ada 124.000 sahabat, setiap dari mereka membawa rahasia dari nabi-nabi yang berbeda. Sayyidina Abu Bakr sebagai Siddiq membawa rahasia nabi terakhir. Ketika para sahabat ini wafat, para awliya mengisi maqam-maqam mereka. Itulah sebabnya, seorang awliya mewakili setiap maqam dari seorang nabi yang berbeda dengan penunjukkan dari Allah SWT. Dan diantara mereka hanya satu yang berada pada maqam Siddiq, yang membawa rahasia Nabi terakhir, Muhammad SAW. Bagaimana kalian mengetahui sang Siddiq ini ? sangat mudah. Ketika kalian melihat orang-orang berkumpul mengerumuni beliau, namun ketika kalian duduk bersama beliau, kalian akan melihat bahwa beliau biasa saja. Bisa di dekati oleh semua kalangan, seperti manusia normal lainnya. Itulah karakter Siddiq. Mereka tidak menampakkan diri sebagai apapun.
Mereka selalu menyembunyikan diri mereka sehingga tidak seorangpun mengetahui beliau kecuali sebagai manusia biasa saja. Kalau tidak, beliau tidak akan mampu mengontrol gerakan Samudra Ke-Esa-an Allah dalam segala ciptaan-Nya melalui dunia Nama dan Atribut-Nya. Mereka bertanggung jawab akan seluruh rangkaian gerakan itu, dimana kita sedang “nampak” sekarang ini. Itulah mengapa para Siddiq tid ak mempunyai waktu untuk menonjolkan diri. Mereka sibuk dengan tugas-tugas dalam maqam itu. Jika kalian ingin belajar cara berwudhu atau sholat, pergilah pada syaikh yang dapat mengajari hal itu. Kami mempunyai hal lain yang harus dikerjakan. Alhamdu li-l-Lah, bila kita berkesempatan berjumpa dengan awliya seperti itu. Sebuah kesempatan luar biasa yang tidak setiap orang memilikinya. Seperti sebuah lotre-undian. Jutaan orang akan membelinya, namun hanya beberapa yang menang. Bagi umat manusia, mereka yang sedang mencapai sang Siddiq, mereka mendapat hadiah itu. “ Partai Allah” selalu terdiri dari beberapa orang saja. “Kam min fi’atin qalilatin ghalabat fi’atan kathira Wa qalilun min ‘ibadia-sh-shakirun.” Partai Allah selalu hanya sedikit dan meliputi yang banyak. Dan mereka adalah orang-orang yang bersyukur. Mereka yang menyukai berada di Jalan Allah, nabi dan awliya. Tidak semua bisa seperti itu. Sebuah baraqah yang luar biasa dari Allah SWT bagi kita sehingga bisa berada di jalan itu.

Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.

Tidak ada komentar:

Kumpul Blogger