Rabu, 03 Desember 2008

Setiap Tindakan, Seolah-olah Itu yang Terakhir



Syaikh Muhammad Nazim al Haqqani


dalam Mercy Oceans Book Two

Dalam hidup ini setiap orang melakukan suatupekerjaan. Sebagian besar mereka bekerja sepertirobot, tidak berpikir, dan hanya bertujuan agar bisamakan, minum, berjoget dan segala hal yangmenyenangkan bagi egonya. Hanya sebagian kecil sajaorang yang bekerja untuk dirinya dan untukkeyakinannya terhadap Tuhan dan Hari Kemudian. Mereka berjuang demi penghargaan dan kehormatan dariTuhannya. Ini adalah jalan yang benar bagi ummatmanusia. Jalan ini memberi kedamaian dan kepuasandalam hati. Di antara sekian banyak pekerjaan danibadah yang kita lakukan, kita juga harus mengetahuimana yang paling berharga.

Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani pernahbertanya, “Apa yang membuat ibadah kita paling disukai oleh Allah?” Kita harus mengetahuinya lalu mengikuti dan harus bisa senang melakukannya, karena jika kita senang, Allah akan senang terhadap kita. Grandsyaikh berkata, “Seorang yang beribadah harus mempunyai pikiran bahwa ‘Ini adalah ibadahku yang terakhir’ dan dia harus menyatakan pikiran itu kepada egonya. Dengan berpikir seperti itu ibadahnya menjadi sangatberharga, karena setiap indera akan terlibat dalamhatinya. Dia tidak berpikir tentang kehidupan ini,melainkan hanya kehidupan setelah mati.

Siapa yangmelakukannya akan mendapatkan hatinya hadir dalamkehadirat Ilahi dan menjadikan setiap ibadahnyabernilai tinggi. Jika hati tidak hadir ketikaseseorang melakukan sesuatu, maka tindakan tersebuttidak baik. Dengan berpikir bahwa kematian selalumendampingi kita, maka hati kita akan hadir dalammelakukan ibadah. Ini merupakan perilaku baik yang sangat penting. Bahkan untuk pekerjaan menulis sebuah buku, jika diaberkata, “Ini adalah pekerjaan terakhirku,” ituberarti dia akan melakukannya dengan sepenuh hati.

Tidak ada komentar:

Kumpul Blogger