Rabu, 25 Februari 2009

Menghormati Hak Orang Lain

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS
Fenton, MI: 5 September 1993

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Kita bersyukur kepada Allah SWT, alhamdulillah. Oleh karena itu kita tunjukkan rasa senang kita dengan tertawa. Jika kita tidak bergembira, kita tidak akan tertawa, semoga Allah SWT mengampuni kita. Dia Mahabesar! Kebesaran-Nya tak terhingga dan tidak ada ukuran bagi kecilnya kita. Kita begitu kecil, sangat kecil! Dalam Hadirat Ilahi kita ini tidak ada apa-apanya.

Saya berharap Sifat Maha Pengampun-Nya dapat meliputi seluruh umat manusia. Sebagaimana langit ini menutupi seluruh dunia—kalian bahkan tidak bisa menemukan satu jejak kaki yang tidak berada di bawah langit—juga nyata dan benar bahwa segalanya berasal dari Samudra Rahmat Ilahi. Kita dikelilingi oleh Samudra Rahmat-Nya. Samudra Rahmat-Nya mencapai makhluk hidup terkecil. Samudra Rahmat-Nya mencakup bagian eksternal dan internal dari segala hal. Jika tidak demikian, tidak ada satu pun makhluk yang hadir di dunia ini.

Tetapi kita perlu bersikap hormat. Memang, Allah SWT mempunyai sifat Maha Pengampun. Tetapi kita harus menjaga penghormatan kita sepenuhnya. Tidak hanya sedikit, tetapi hormat sepenuhnya kepada Allah SWT, kepada Sang Pencipta, kepada Tuhan kita yang paling baik. Allah SWT Maha Pemurah.

Ada dua langkah. Bila kita mengikuti Kebenaran, berarti kita memberi penghormatan sepenuhnya kepada Tuhan dari sisi kita. ‘Aqlun kamil, orang yang mempunyai akal dan intelegensi yang sempurna adalah orang-orang yang memberikan penghormatan sepenuhnya kepada Tuhannya.

Oleh sebab itu penghormatan yang lengkap pertama kali datang dari semua Rasul. Yang kedua, berasal dari mereka yang mengikuti jejak Rasul. Mereka memberikan penghormatan sepenuhnya kepada Tuhannya. Ya, jika Allah SWT memberi perintah, orang yang penuh hormat akan segera melaksanakannya secepat mungkin, tanpa menunda-nunda. Mereka dengan cepat bangkit dan memenuhi perintah itu. Perintah-Nya merupakan ibadah mereka.

Perintah-Nya juga berkaitan dengan cara kita berurusan dengan sesama (mu’amalat). Ini adalah sejenis ibadah juga, yaitu menjaga perintah-Nya di antara kita sendiri. Hal yang paling penting adalah bahwa setiap orang berhak atas haknya. Tulisan “All rights reserved (dalam konteks ini, hak cipta dilindungi undang-undang)” adalah yang kita lihat di semua buku. Setiap orang juga mempunyai hak asasi dari Allah SWT. Itulah hal yang penting.

Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak asasi dari Allah SWT. Mereka bisa berasal dari berbagai macam ras, warna kulit, dan bangsa yang berbeda-beda—namun semuanya mempunyai hak asasi yang sama.

Itulah Syari’ah, yang dibawa oleh Islam dalam kondisi yang sangat sempurna, sehingga setiap orang akan dihormati selama mereka menjaga hak-hak orang lain. Menurut syari’ah, kalian mempunyai kehormatan yang penuh selama kalian menghormati hak-hak orang lain. Jika tidak, syari’ah dapat menarik kalian bahkan seorang Sultan ke pengadilan dan melewati penilaian juri.

Dalam sejarah Islam, banyak juga Sultan yang dibawa ke pengadilan syari’ah, menghadap juri, dan diharuskan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka yang melanggar hak orang lain. Dalam pandangan syari’ah, tidak ada perbedaan antara seorang Sultan dengan hamba, atau siapa saja. Sultan pun harus menghormati hak orang lain

Di Turki, ada sebuah kota yang bernama Bursa. Pada abad permulaan, kota itu sangat cantik, nyaman dan indah. Tetapi sekarang kota itu mulai kelihatan buruk—mengapa? Bangunan berbeton menghilangkan keindahannya. Beton, menara Namrud yang tinggi menggelapkan kecantikannya. Kota itu merupakan kota antik di zaman Byzantium, kemudian kekaisaran Ottoman mengambilnya. Sultan memerintahkan untuk membangun sebuah masjid yang sangat besar, Ulu Jami’. Bila kalian memasukinya, kalian tidak akan mau meninggalkannya. Di dalamnya kalian bisa menghirup napas surgawi.

Sultan membeli sebidang tanah untuk membangun masjid itu. Namun demikian, ada seorang nenek yang tidak mau menjual tanahnya kepada Sultan itu. Oleh sebab itu Sultan tidak menyentuh tanahnya.

Di masjid-masjid yang lain, kalian melihat tempat wudu berada di luar masjid. Tetapi di masjid itu, kalian bisa menemukan sebuah tempat wudu tepat di tengah-tengah masjid. Tempat wudu itu menempati tanah yang tidak dijual oleh nenek tadi. Sultan membiarkan tempat itu seperti sedia kala. Ketika nenek itu meninggal dan persoalannya menjadi selesai, Sultan tidak menyertakan tanah itu sebagai tempat untuk sujud, melainkan menjadikannya sebagai tempat wudu. Sultan menjaga hak nenek itu. Nenek itu seperti orang yang lemah, sementara Sultan begitu kuat dan berkuasa dan bisa saja menyita tanah itu secara paksa. Tetapi itu tidak diterima dalam Islam.

Islam melindungi orang yang lemah. Oleh sebab itu Sayyidina Abu Bakar RA, ketika dipilih sebagai khalifah—penerus Rasulullah SAW—bangkit untuk memberikan muqadimah khotbahnya. Beliau berkata, “Wahai kalian! Aku yang terpilih sebagai khalifatu Rasulillah SAW. Aku harus menghilangkan hak orang-orang yang berpikir bahwa dirinya penting dan berkuasa. Orang itu akan menjadi orang yang paling lemah, sebaliknya orang yang paling lemah akan menjadi orang yang paling kuat!”

Itu adalah realitas dalam Islam, tetapi sekarang kita menghilangkannya. Kita kehilangan hal itu sehingga sekarang orang menentang agama Islam.

Sekarang sudah terlambat bagi pembaharu Islam untuk membawa semangat Islam yang sejati ke dunia. Itulah yang Saya akui sebagai Haqqani. Haqqani berarti “penuh hormat terhadap semua hak asasi setiap manusia” dan Saya memanggil semua orang untuk melakukan karakter baik itu, semua orang dari semua ras, warna kulit bahkan keyakinan yang berbeda.

Setiap keyakinan dan agama yang sejati, khususnya agama surgawi, memerintahkan para pemeluknya untuk menghormati hak asasi setiap manusia. Adakah yang salah dengan hal itu? Kita tidak senang jika hak seseorang menjadi hilang atau diambil. Saya adalah orang pertama yang menentang hal ini—melawan orang yang zhalim. Saya menentang kezaliman, tirani dan kediktatoran. Dan setiap hamba Allah SWT harus menentang segala bentuk kezaliman yang sekarang terjadi di mana-mana. Ini adalah sebuah yayasan, Yayasan Haqqani, yang Saya harapkan akan tersebar hingga kedatangan Imam Mahdi AS, dan beliau juga termasuk Haqqani—sungguh, benar-benar Haqqani. Dan pedang beliau hanya akan menebas orang-orang yang zalim. Semoga Allah SWT mengampuni kita dan membuat kita teguh di jalur menuju Haqqani yang sejati.

Ya Allah! Engkau adalah Sultan, kami adalah hamba-Mu, budak-Mu. Itu adalah kemuliaan yang Engkau berikan kepada kami. Kirimkanlah kami Sultan Syari’ah! Kirimkanlah Sultan al-Muslimin! Amin. Ini adalah khotbah yang sangat penting dan harus diketahui oleh setiap orang. Kalian harus menjaganya.

Tidak ada komentar:

Kumpul Blogger